Tuesday, April 15, 2014

KANDUNGAN ISI SURAH AL-KAHFI

Diantara amal yang dianjurkan untuk dikerjakan di malam atau hari Jum’at adalah membaca surat Al Kahfi. Dalam hadits, membaca surat Al Kahfi kadang disebutkan dengan redaksi لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ (malam Jum’at) dan kadang disebutkan يَوْمِ الْجُمْعَةِ (hari Jum’at). Artinya, waktu disunnahkannya membaca surat Al Kahfi dimulai dari tenggelamnya matahari pada hari Kamis hingga sesaat menjelang matahari tenggelam di hari Jum’at. Membaca surat Al Kahfi di rentang waktu itu memiliki keutamaan besar.

Berikut ini 3 diantara keutamaan membaca Surat Al Kahfi di hari Jum’at:

1. Dipancarkan cahaya pada dirinya di hari kiamat kelak, dari kaki hingga ke langit


مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya hingga baitul Atiq." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, dishahihkan Al-Albani)
2. Diampuni dosanya antara dua Jum’at


مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (Hadits riwayat Ibnu Umar dalam at-Targhib wa al- Tarhib)

3. Diselamatkan dari fitnah Dajjal

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa hafal sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim)

مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنَ الْكَهْفِ لَمْ يَخَفِ الدَّجَّالَ
“Barangsiapa membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Darimi)

Selain 3 keutamaan tersebut, Surat Al-Kahfi  ini memiliki empat cerita di dalamnya, menyimpan beberapa pesan moral, melalui berbagai cerita didalamnya.
1 ) Pemuda didalam Gua
Tentang kisah pemuda yang tinggal di sebuah kota kafir , sehingga mereka memutuskan untuk bermigrasi demi Allah dan melarikan diri . - Allah menghadiahi mereka dengan kemurahan di dalam gua dan perlindungan dari matahari - Mereka bangun dan menemukan seluruh desa beriman.
 PESAN MORAL : COBAAN IMAN .

2 ) Pemilik Dari Dua Kebun
Sebuah cerita tentang seorang pria yang diberkahi Allah dengan dua kebun yang indah , tapi orang lupa mengucapkan terima kasih kepada Dia yang memberkahi dia dengan segala sesuatu dan ia bahkan berani meragukan Allah mengenai kehidupan akherat.Kemudian, taman -Nya dihancurkan - Dia menyesal , tapi sudah terlambat dan penyesalannya tidak menguntungkan dirinya .
PESAN MORAL : COBAAN KEKAYAAN

3 ) Nabi  Musa as dan Nabi Khidir as
Ketika umat Musa as itu bertanya: " Wahai Musa, siapa di atas bumi ini yang paling berpengetahuan? " "Musa as menjawab : Aku ... ", tapi Allah mengungkapkan kepadanya bahwa ada seseorang yang lebih  mengetahui dari dia . Musa as melakukan perjalanan ke pria itu dan belajar bagaimana Kebijaksanaan Ilahi kadang-kadang dapat disembunyikan dalam hal-hal yang kita anggap buruk 
PESAN MORAL : COBAAN PENGETAHUAN .

4 ) Dzul - Qarnayn
Cerita Raja Besar yang diberi pengetahuan dan kekuasaan . Dia pergi  ke seluruh dunia , membantu orang dan menyebarkan semua kebaikan. Dia mampu mengatasi masalah Yajooj - Majooj dan membangun bendungan besar dengan bantuan orang-orang yang ia bahkan tidak bisa mengerti. 
PESAN MORAL : COBAAN KEKUASAAN

Di tengah surat,  Allah menyebutkan Iblis sebagai seorang yang menimbulkan uji coba ini : Lihatlah ! Kami berkata kepada malaikat " Sujudlah ke Adam " : mereka sujud kecuali Iblis . Dia adalah salah satu dari jin , dan ia menolak perintah Tuhannya . Maka apakah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pelindung daripada Aku ? Dan mereka semua adalah musuh bagimu!

Sekarang mari kita lihat apa hubungan antara Surat Al - Kahfi dan Dajjal ( Anti - Kristus ) ? Dajjal akan muncul sebelum hari kiamat dengan 4 fitnah :
* Dia akan meminta orang untuk menyembahnya, bukan kepada Allah
  FITNAH IMAN
* Dia akan diberi kekuasaan untuk mengendalikan hujan dan menggoda orang dengan kekayaannya
  FITNAH KEKAYAAN
* Dia akan menguji orang  dengan " pengetahuan " dan berita yang diberikan
   FITNAH PENGETAHUAN
* Dia akan mengontrol sebagian besar dari bumi
   FITNAH KEKUASAAN


Bagaimana untuk bertahan hidup dari cobaan ini ? Jawabannya ada di Surat Al - Kahfi 
Pertahanan 1 : SABAR DAN TAAT
" Dan bersabarlah engkau bersama orang yang menyeru Tuhannya  pada pagi dan sore hari dengan mengharap keridaan-Nya ; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasaan  kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami , serta menuruti keinginannya dan keadaanya  telah melampaui batas " 
(QS. Al - Kahfi ayat 28 ) 

Pertahanan 2 : MENGETAHUI KEBENARAN DUNIA
"Dan buatkanlah untuk mereka perumpamaan kehidupan dunia ini. Ibarat air hujan yang kami turunkan dari langit , sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu " 
(QS. Al - Kahfi , ayat 45 ) 

Pertahanan 3 : KERENDAHAN HATI
Musa berkata : " Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun. "
( QS. Al - Kahfi , ayat 69 

Pertahanan 4 : KETULUSAN   
Katakanlah," Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu  adalah Tuhan Yang maha Esa ." Maka barangsiapa mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan, dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya."
(QS. Al - Kahfi , ayat 110 ) 

Pertahanan 5 : MENGINGAT ALLAH
Dan bacakanlah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu. Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada-Nya. (QS. Al - Kahfi , ayat 27 ) 

Pertahanan 6 : MENGINGAT AKHIRAT
Dan pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau  akan melihat bumi itu rata dan  Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka.
Dan mereka akan dibawa kehadapan  Tuhanmu dengan berbaris. (Allah berfirman) , "Sesungguhnya kamu  datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali ; bahkan kamu menganggap bahwa Kami tidak akan menetapkan bagi kamu waktu ( berbangkit untuk memenuhi) perjanjian.
Dan diletakkanlah kitab (catatan amal) lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa  ketakutan terhadap apa yang ( tercatat ) di dalamnya , dan mereka akan berkata, "Betapa celakalah kami ! kitab apakah ini ! tidak ada yang tertinggal , yang kecil atau besar melainkan tercatat semuanya,"dan  mereka akan menemukan semua yang mereka kerjakan , ditempatkan di depan mereka (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorangpun."
(QS. Al - Kahfi , ayat 47-49 )










Sumber : 
bersamadakwah.com
Facebook Islam for Kids 















Friday, April 12, 2013

SILATURAHMI

Makna Silaturahmi:

Silaturrahmi tersusun dari dua kosa kata Arab; shilah yang berarti menyambung dan rahim yang berarti rahim wanita, dan dipakai bahasa kiasan untuk makna hubungan kerabat. Jadi silaturrahim bermakna: menyambung hubungan dengan kerabat.

Motivasi untuk bersilaturahmi:

وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’ 4:1).


Silaturrahim bukanlah murni adat istiadat, namun ia merupakan bagian dari syariat. Amat bervariasi cara agama kita dalam memotivasi umatnya untuk memperhatikan silaturrahim. Terkadang dengan bentuk perintah secara gamblang, janji ganjaran menarik, atau juga dengan cara ancaman bagi mereka yang tidak menjalankannya.
Allah ta’ala memerintahkan berbuat baik pada kaum kerabat,
“وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً”.
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. QS. An-Nisa’: 36.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan bahwa silaturrahim merupakan pertanda keimanan seorang hamba kepada Allah dan hari akhir,
“مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَه”
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir; hendaklah ia bersilaturrahim”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah.

Beliau jugamenjanjikan bahwa di antara buah dari silaturrahim adalah keluasan rizki dan umur yang panjang,
“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”.
“Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim”. HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik.
Catatan: Hadits tadi seakan kontradiktif dengan firman Allah ta’ala,
“وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ”.
Artinya: “Setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”. QS. Al-A’raf: 34.

Ada beberapa alternatif penafsiran yang ditawarkan para ulama untuk memadukan antara dua nas di atas. Antara lain:

Pertama: Pengunduran ajal merupakan kiasan dari keberkahan umur. Atau dengan kata lain, silaturrahmi menjadikan seseorang meraih taufik untuk berbuat ketaatan dan menjauhi maksiat; sehingga namanya tetap harum, walaupun telah meninggal dunia. Sehingga seakan-akan ia belum mati.

Kedua: Silaturrahim memang nyata benar-benar menambah umur dan mengundur ajal seseorang. Dan waktu ajal yang dimaksud dalam hadits di atas adalah apa yang tertulis dalam ‘catatan’ malaikat penganggung jawab umur. Sedangkan waktu ajal yang dimaksud dalam ayat adalah apa yang ada dalam ilmu Allah (lauh al-mahfuzh).
Misalnya: malaikat mendapat berita dari Allah bahwa umur fulan 100 tahun jika ia bersilaturrahim dan 60 tahun jika ia tidak bersilaturrahim. Dan Allah telah mengetahui apakah fulan tadi akan bersilaturrahim atau tidak. Waktu ajal yang ada dalam ilmu Allah inilah yang tidak akan ditunda maupun dipercepat, adapun waktu ajal yang ada di ilmu malaikat ini bisa diundur maupun diajukan.

Keterangan tersebut diisyaratkan dalam firman Allah ta’ala,
“يَمْحُو اللّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ”.
Artinya: “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat ummul kitab (Lauh al-Mahfuzh)”. QS. Ar-Ra’du: 39.
Takdir yang masih berpeluang untuk dihapus dan ditetapkan adalah apa yang ada dalam ‘catatan’ malaikat. Adapun takdir yang termaktub dalam lauh al-mahfuzh di sisi Allah maka ini sama sekali tidak akan ada perubahan.

Silaturahmi adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala, serta tanda takutnya seorang hamba kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS Arra’d 13:21).


Pemutus Silaturahim

Kembali kepada pembahasan tentang silaturrahmi. Orang yang tidak menjaga tali persaudaraan dia terancam dengan hukuman di dunia maupun di akhirat. Di antara kerugian duniawi yang akan menimpa pemutus tali silaturrahim: dia akan terputus dari kasih sayang Allah, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi,
“مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ”.
“Barang siapa menyambungmu (silaturrahmi) maka Aku akan bersambung dengannya, dan barang siapa memutusmu (silaturrahmi); maka Aku akan memutuskan (hubungan)Ku dengannya”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah.
Ganjaran di akhirat bagi pemutus tali silaturrahim lebih mengerikan lagi! Terhalang untuk masuk surga! Na’udzubillahi min dzalik…
Dari Jubair bin Muth’im bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ”.
“Tidak akan masuk surga pemutus (silaturrahim)”. HR. Bukhari dan Muslim.


Hakikat silaturrahim

Ada sebagian orang merasa bahwa ia telah mempraktekkan silaturrahim, padahal sebenarnya belum. Hal itu bersumber dari kekurangpahaman mereka akan hakikat silaturrahmi. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا”.
“Penyambung silaturrahmi (yang hakiki) bukanlah orang yang menyambung hubungan dengan kerabat manakala mereka menyambungnya. Namun penyambung hakiki adalah orang yang jika hubungan kerabatnya diputus maka ia akan menyambungnya”. HR. Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr.
Sebab kata menyambung mengandung makna menyambungkan sesuatu yang telah putus. Adapun orang yang menjaga hubungan kaum kerabat manakala mereka menjaganya, pada hakikatnya dia bukanlah sedang menyambung hubungan, namun ia hanya mengimbangi atau membalas kebaikan kerabat dengan kebaikan serupa.

Dengan menyambung, maka ada pengorbanan yang kita lakukan. Karena kita dituntut untuk 
berbuat baik terhadap orang yang menyakiti kita, tersenyum pada orang yang cemberut pada kita, memuji orang yang mencela kita, memberi orang yang enggan memberi kita, dan sifat-sifat mulia berat lainnya. Karena itulah ganjaran yang dijanjikan Allah pun besar. Abu Hurairah bercerita,

أَنَّ رَجُلًا قَالَ: “يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي، وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ، وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ!”. فَقَالَ: “لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ، فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ”
Pernah ada seseorang yang mengadu kepada Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, “Wahai Rasul, saya memiliki kerabat yang berusaha untuk kusambung namun mereka memutus (hubungan dengan)ku, aku berusaha berbuat baik padanya namun mereka menyakitiku, aku mengasihi mereka namun mereka berbuat jahat padaku!”.
“Andaikan kenyataannya sebagaimana yang kau katakan, maka sejatinya engkau bagaikan sedang memberinya makan abu panas . Dan selama sikapmu seperti itu; niscaya engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan Allah dalam menghadapi mereka”. HR. Muslim.


Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, dalam menyikapi silaturrahim, manusia terbagi menjadi tiga tingkatan:
  • Penyambung hakiki silaturrahim. Yakni mereka yang tetap menyambung silaturrahim manakala diputus.
  • Pembalas ‘jasa’. Yakni mereka yang bersilaturrahmi dengan kerabat yang mau bersilaturrahim padanya dan berbuat baik manakala ia dibaiki.
  • Pemutus silaturrahim


Konsekwensi silaturrahim

Silaturrahim bukan hanya diwujudkan dalam bentuk berkunjung ke rumah kerabat atau mengadakan arisan keluarga, namun ia memiliki makna yang lebih dalam dari itu, di antaranya:

1. Mendakwahi kerabat

Dalam Islam, kerabat mendapatkan prioritas utama untuk didakwahi. Allah ta’ala memerintahkan Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam di awal masa dakwah beliau,
“وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ”.
Artinya: “Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat”. QS. Asy-Syu’ara’: 214.
Dengan bahasa yang santun, ingatkanlah kerabat kita yang masih percaya dengan jimat, yang masih gemar pergi ke dukun, yang shalatnya masih bolong-bolong, yang belum berpuasa Ramadhan, yang masih enggan mengeluarkan zakat dan yang semisal. Berbagai nasehat tadi bisa disampaikan kepada yang bersangkutan secara langsung, atau bisa pula ditransfer melalui siraman rohani yang biasa diletakkan di awal rentetan acara arisan atau pertemuan berkala keluarga.
Persaudaraan yang dibumbui dengan budaya saling menasehati inilah yang akan ‘abadi’ hingga di alam akhirat kelak. Adapun persaudaraan yang berkonsekwensi mengorbankan prinsip ini; maka itu hanyalah persaudaraan semu, yang justru di hari akhir nanti akan berbalik menjadi permusuhan. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah ta’ala,
“الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ”.

Artinya: “Teman-teman karib pada hari itu (hari kiamat) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa”. QS. Az-Zukhruf: 67.

2. Saling bantu-membantu

Orang yang membantu kerabat akan mendapat pahala dobel; pahala sedekah dan pahala silaturrahim. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَهِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ؛ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ”.
“Sedekah terhadap kaum miskin (berpahala) sedekah. Sedangkan sedekah terhadap kaum kerabat (berpahala) dobel; pahala sedekah dan pahala silaturrahim”. HR. Tirmidzi dari Salman bin ‘Amir. At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan.

Berbuat baik terhadap kerabat, selain berpahala besar, juga merupakan sarana manjur untuk mendakwahi mereka. Andaikan kita rajin menyambung silaturrahim, gemar memberi dan berbagi dengan kerabat, selalu menanyakan kondisi dan kabar mereka, menyertai kebahagiaan dan kesedihan mereka; tentu mereka akan berkenan mendengar omongan kita serta menerima nasehat kita; sebab mereka merasakan kasih sayang dan perhatian ekstra kita pada mereka.

3. Saling memaafkan kesalahan

Dalam kehidupan interaksi sesama kerabat, timbulnya gesekan dan riak-riak kecil antar anggota keluarga merupakan suatu hal yang amat wajar. Sebab manusia merupakan sosok yang tidak lepas dari salah dan alpa. Namun fenomena itu akan berubah menjadi tidak wajar manakala luka yang muncul akibat kekeliruan tersebut tetap dipelihara dan tidak segera diobati dengan saling memaafkan.
Betapa banyak keluarga besar yang terbelah menjadi dua, hanya akibat merasa gengsi untuk memaafkan kesalahan-kesalahan sepele. Padahal karakter pemaaf merupakan salah satu sifat mulia yang amat dianjurkan dalam Islam.
Allah ta’ala berfirman,
“خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ”.
Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan, serta jangan pedulikan orang-orang jahil”. QS. Al-A’raf: 199.


· Ranjau-ranjau ‘silaturrahim’

adalah sifat sifat yang dapat menodai ‘kesucian’ silaturrahmi. Di antara perilaku yang seharusnya dihindari dalam menjalin silaturrahim:


1. Fanatisme

Salah satu musibah besar yang menimpa umat Islam dewasa ini adalah: perpecahan di antara mereka. Di antara faktor terbesar yang menimbulkan perpecahan adalah adanya ‘rumah-rumah’ lain di dalam ‘rumah besar’ Islam. Apalagi manakala hal itu diiringi dengan fanatisme buta sesama anggota rumah-rumah kecil tersebut. Sehingga seakan kebenaran hanyalah ada dalam diri mereka. Padahal sebagai umat Islam kita tidak boleh bersikap fanatik kecuali kepada kebenaran; yakni al-Qur’an dan Sunnah Rasul shallalahu’alaihiwasallam dengan pemahaman para sahabat Nabi shallallahu’alaihiwasallam.

2. Lunturnya sikap adil.

Perasaan pakewuh terhadap saudara terkadang menjerumuskan seseorang untuk segan mengucapkan yang haq. Apalagi manakala hal itu ‘merugikan’ saudara sendiri. Manakala kita menyampaikan fakta sebenarnya, kerabat lainnya menjauhi kita, namun insyaAllah buahnya kita akan disayang Allah. Sebaliknya jika kita menyembunyikan kebenaran, mungkin saudara kita akan selamat, kita akan disanjung kaum kerabat, namun akibatnya dimurkai Allah.
Dalam kondisi simalakama inilah keimanan kita diuji; apakah akan mementingkan keridhaan Allah atau pujian manusia?
Panutan kita semua; Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mencontohkan sikap adil dalam sabdanya,
“وَايْمُ اللَّهِ! لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا”

“Demi Allah, andaikan putriku Fatimah mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya. HR. Bukhari  (hal. 716 no. 3475) dan Muslim (XI/189 no. 4389) dengan redaksi Bukhari.

3. Berjabat tangan dengan non mahram

Bersalaman merupakan salah satu ibadah mulia yang menjanjikan ganjaran menggiurkan. Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam menerangkan,
“مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا”.
“Tidaklah ada dua orang muslim yang bertemu lalu saling bersalaman, melainkan dosa keduanya akan diampuni sebelum mereka berdua berpisah”. HR. Abu Dawud dari al-Bara’ bin ‘Azib dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
Namun manakala yang diajak bersalaman adalah orang-orang yang sebenarnya tidak boleh kita salami, maka saat itu justru dosalah yang menanti kita.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ”.
“Lebih baik kepala kalian ditusuk dengan jarum dari besi daripada ia memegang wanita yang tidak halal baginya”. HR. Thabarany (XX/212 no. 487) dari Ma’qil bin Yasar dan dinilai kuat oleh al-Mundziry dan al-Albany .
Walaupun dengan alasan menjalin hubungan silaturrahim, praktek di atas tetap tidak bisa dibenarkan. Sebab Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam merupakan sosok yang paling piawai dalam menjalin hubungan silaturrahmi, pun demikian beliau tetap menghindari berjabat tangan dengan wanita non mahram. Bahkan dalam momen sesakral bai’at saja, beliau tidak menjabat tangan kaum mukminat. Sebagaimana diceritakan istri beliau; Aisyah radhiyallahu’anha,
“وَلَا وَاللَّهِ، مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْمُبَايَعَةِ, مَا يُبَايِعُهُنَّ إِلَّا بِقَوْلِهِ: قَدْ بَايَعْتُكِ عَلَى ذَلِكِ”.
“Tidak demi Allah, tangan beliau sekalipun tidak pernah menyentuh tangan wanita saat baiat. Beliau hanya membaiat mereka dengan berkata, “Aku telah membaiatmu untuk hal itu”. HR. Bukhari.


Oleh: Abdullah Zaen, Lc, MA
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Senin, 4 Syawal 1431 / 13 September 2010


Sunday, February 24, 2013

MENGASAH EMPATI

Kapan kita menolong seseorang? Apabila  orang tersebut memerlukan bantuan kita?
Adakah kita menolong seseorang tanpa dia (orang yang kita tolong) terlebih dahulu meminta bantuan kita?Singkatnya, kita mengetahui kesusahan orang lain, dan kita menawarkan/membantunya terlebih dahulu meski belum dimintai tolong. Itulah sikap empati kita.
Karena setiap individu mempunyai beragam sikap, ada yang tidak ingin di tolong -meski kesusahan-, ada yang ingin minta tolong tapi ada rasa sungkan untuk memintanya.

Apa itu empati? mengapa kita harus berempati kepada orang lain? Apa bedanya dengan simpati?
Kata empati sering kali diartikan dengan rasa peduli. Tapi rasa empati jauh lebih mendalam dari peduli. Menurut wikipedia bahasa Indonesia, Empati adalah kemapuan seseorang untuk mengenali , mempersepsi, dan merasakan pesaraan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya. Seseorang yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan kemauan orang lain.
Jadi dengan berempati, kita akan masuk kedalam dunia orang lain, dan sama sama merasakan apa yang dirasakannya.  

Mengapa harus berempati? karena Islam senantiasa mengajarkan kita untuk berempati, baik kepada sesama manusia, dan kepada semua makhluk ciptaanNya

مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ فَإِنَّ اللَّهَ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

'barang siapa yang mencukupi kebutuhan saudarnya, niscaya allah akan memenuhi kebutuhannya, dan barang siapa yang melepaskan satu kesusahan yang dialami oleh seorang muslim, maka allah akan meng-hindarkannya dari satu kesusahan di hari kiamat.''(rh.muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى المسلمِ خَمْسٌ: رَدُّ السَّلامِ، وَعِيادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاتِّباعُ الْجَنائِزِ، وَإِجابَةُ الدَّعْوَةِ، وَتَشْمِيْتُ الْعاطِسِ
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan yang bersin.” (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)


Empati adalah akhlak nabi.

Salah satu contohnya adalah sebuah riwayat yang disampaikan oleh Anas bin Malik : "Rasulullah Saww pernah mendengar tangisan seorang bayi, sementara beliau sedang melakukan shalat (berjamaah). Beliau pun sengaja membaca surat pendek dan ringan.

"Selesai shalat, beliau ditanya : ‘Wahai Rasulullah, kenapa Tuan meringankan shalat pada hari ini ?’

"Beliau menjawab : ‘Sesungguhnya aku mendengar suara tangisan seorang bayi, dan aku khawatir ibunya gelisah.’ (Para Pemuka Ahlul Bait Nabi, jilid 1, hal. 75-76). 


Ketika Isra' dan Mi'raj Rasulullah menyampaikan usulan kepada Allah agar ummatnya diberi beban yang tidak terlalu berat dalam menunaikan ibadah shalat. Akhirnya ditetapkan shalat lima kali dalam sehari, sebagai suatu kewajiban yang sangat ringan. Jika masih ada yang merasa keberatan, barangkali nafsunya yang terlalu dominan.

Suatu saat beliau hendak mewajibkan bersiwak (gosok gigi) bagi kaum muslimin setiap hendak mendirikan shalat. Akan tetapi karena takut kewajiban itu memberatkan, maka akhirnya tidak beliau undangkan, meskipun bersiwak itu manfaatnya sangat besar dalam upaya menjaga kesehatan. Bagi yang bersiwak disiapkan pahala besar, sementara yang tidak melakukannya juga tidak diancam apa-apa. Akhirnya bersiwak hanya menjadi anjuran. Sikap demikian itu sejalan dengan ketentuan Allah, yang dinyatakan dalam al-Qur'an: '
" Allah menginginkan kemudahan bagimu, dan tidak menginginkan kesulitan bagimu." (QS. al-Baqarah: 185)


MENGASAH EMPATI

Persaudaraan sesama muslim

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ شَيْءٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Permisalan kaum mukminin dalam sikap saling mencintai, dan saling kasih sayang mereka sebagaimana satu badan. Apabila satu anggota badan sakit, seluruh anggota badan ikut merasakan, dengan tidak bisa tidur dan demam” ( HR Muslim dari sahabat Nu’man bin Basyir).

1. Mengucapkan Salam
Salam merupakan doa, dengan mengucapkan salam kepada saudara kita berarti telah mendoakan kebaikan kepada saudara kita. Tujuan dari mengucapkan salam adalah untuk menumbuhkan rasa cinta diantara sesama muslim sebaimana sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam

لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan kalian akan saling mencinta? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Hurairah).

Mengucapkan salam terlebih dahulu hukumnya sunah muakad, sedangkan menjawab salam hukumnya fardhu kifayah (jika sudah ada sebagian besar orang yang mengerjakannya maka gugurlah kewajiban tersebut atas yang lain). Jika salah seorang memberi salam kepada beberapa orang, kemudian diantara mereka ada yang menjawabnya maka ini sudah cukup bagi yang lainnya.
Dalam mengucapkan salam disunahkan beberapa hal, diantaranya :
  • Yang muda mengucapkan salam kepada yang tua
  • Kelompok orang yang jumlahnya kecil mengucapkan salam kepada kelompok orang yang jumlahnya lebih banyak
  • Orang yang naik kendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan
2. Memenuhi Undangannya
Memenuhi undangan hukumnya sunnah muakad, karena akan menyenangkan pihak yang mengundang apabila kita memenuhi undangannya dan dapat mendatangkan rasa cinta dan persatuan. Hukum memenuhi undangan diatas berlaku umum untuk semua jenis undangan baik berupa undangan makan atau acara lain termasuk undangan untuk membantu atau menolong pihak yang mengundang.

3. Mendoakannya ketika bersin
Mendoakan seorang muslim yang bersin kemudian dia memuji Allah hukumnya wajib. Wajib pula bagi yang bersin menjawab doa tersebut sebagai mana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jika salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia mengucapkan الحمدلله (Segala puji bagi Allah), sedangkan yang mendengarnya mengucapkan يرحمك الله (Semoga Allah merahmatimu), lalu membalas dengan ucapan  يهديكم الله و يصلح بالكم ( Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki urusanmu). (HR Bukhari).Jika dia terus bersin dan sudah didoakan tiga kali maka ucapkanlah yang keempat  عافاك الله(Semoga Allah mengampuni mu) sebagai pengganti dari ucapan يرحمك الله.Sementara apabila kita mendengar orang kafir bersin dan memuji Allah maka ucapkanlah kepadanya  يهديكم الله و يصلح بالكم ( Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki urusanmu). (HR At tirmidzi)

4. Menjenguk saat sakit 
Menjenguk orang yang sakit adalah dengan mengunjunginya. Menjenguk orang yang sakit hendaknya disesuaikan dengak kondisi orang yang sakit dan jenis penyakitnya. Terkadang kondisi mengharuskannya untuk sering dijenguk, maka seharusnya untuk diperhatikan keadaannya.
Hal yang disunahkan saat menjenguk adalah: menanyakan kondisi keadaannya, mendoakannya dengan doa “الله شاء ان طهور لاباس (Tidak apa-apa, insyaallah penyakitmu itu membersihkan dosa-dosa mu) (HR. Al Bukhari dari hadits riwayat Ibnu Abbas)
Bisa juga mendoakan dengan doa:
يشفيك ان العظيم العرش رب العظيم الله اسال
Saya memohon kepada Allah yang Maha Agung, Rabb dari ‘Arsy yang sangat besar agar menyembuhkanmu.

5. Mengiringi jenazah 
Mengiringi jenazah termasuk hak seorang muslim atas saudaranya. Di dalamnya terdapat pahala yang banyak. Seperti sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam


“Barangsiapa yang mengikuti jenazah hingga dishalatkan maka baginya satu qirath, dan barangsiapa yang mengikuti jenazah hingga dikuburkan maka baginya dua qirath. Beliau ditanya: Apakah dua qirath itu? Beliau menjawab seperti dua buah gunung yang besar”   ( HR Bukhari dan Muslim).

Mengambil pesan Aa' Gym, sikap empati dapat selalu kita asah, melalui 3M
Mulai dari diri sendiri
Mulai dari hal hal kecil
Mulai dari sekarang





note: tulisan dari berbagai sumber